Kultur

Pohon Beringin Jadi "Pusat Aktivitas" Masyarakat Bali Tempo Dulu

 Kamis, 20 Oktober 2022

Sejarahbali.com

IKUTI SEJARAHBALI.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Sejarahbali.com, Denpasar - 

Pohon beringin seringkali identik dengan kesan angker atau menyeramkan. Namun di jaman dulu, pohon beringin ukuran besar di Pulau Bali ternyata menjadi semacam pusat aktivitas masyarakat di pedesaan.

Catatan tentang pohon beringin di Bali ini ditulis oleh Horst Henry Geerken. Bulan Januari 1964, Horst Henry Geerken, seorang warga Jerman yang bekerja di perusahaan telekomunikasi Jerman, melakukan perjalanan darat dengan mobil dari Jakarta ke Bali.

Tujuan akhir perjalannya adalah lokasi ia bekerja, yakni proyek pembangunan Bandara Tuban (Ngurah Rai) di wilayah Badung, Bali.

Dalam bukunya " A Magic Gecko", Henry menulis, ia tiba di Jakarta tahun 1963. Januari 1964 ia harus melakukan perjalanan ke Bali untuk ikut dalam proyek pembangunan Bandara Internasional Ngurah Rai yang saat itu disebut Bandara Tuban. Saat itu Bandara Tuban hanyalah sebuah landasan rumput sederhana bergelombang dan hanya sekali-sekali didarati oleh pesawat kecil. Presiden Sukarno ingin menjadikan bandara ini berstandar internasional untuk membuka Bali bagi pariwisata. Henry bertugas untuk menyediakan alat-alat yang berhubungan dengan telekomunikasi.

Setelah menempuh perjalanan beberapa hari dengan mobil dari Jakarta, Henry dan sopirnya kemudian menyeberang dengan kapal laut dari pelabuhan kecil Banyuwangi Jawa Timur menuju Pelabuhan Gilimanuk di Jembrana Bali. Mereka menunggu lama sebelum mobil dinaikkan ke kapal dengan teriakan-teriakan petugas di pelabuhan.

"Begitu kapal bertolak, kami berhadapan dengan bahaya di selat ini. Ombak Selat Bali tinggi. Sopir dan saya basah kuyup ketika tiba di Gilimanuk,"tulis Henry.


Halaman :


Sejarah Bali Bali Sejarah Beringin Horst Henry Geerken A Magic Gecko



Tonton Juga :











Sejarah Terpopuler





TRENDING TERHANGAT