Asal usul

Pura Wayah Dalem Majapahit, Nusa Ceningan

 Senin, 11 September 2017

SejarahBali.com/Istimewa

IKUTI SEJARAHBALI.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Sejarahbali.com, Bangli - 
Pura Wayah Dalem Majapahit di Ceningan Nusa Penida adalah pulau kecil yang merupakan bagian atau wilayah Kabupaten Klungkung. Sering juga diistilahkan telur emasnya Pulau Bali yang belum menetas. Nusa Penida adalah satu kecamatan yang mewilayahi tiga pulau yakni Pulau Nusa Panida, Pulau Lembongan, dan Pulau Ceningan. 
 
 
Nusa Lembongan terdiri atas dua desa yaitu Desa Lembongan dan Desa Jungutbatu. Desa Lembongan juga mewilayahi Pulau Ceningan. Ceningan adalah pulau yang paling kecil di antara tiga pulau tersebut. Karena Nusa Penida diibaratkan telur emasnya Pulau Bali, maka tidak berlebihan kalau Ceningan bagaikan kuning atau sari telur yang merupakan inti dari pada telur itu sendiri. 

 Baca juga: Museum Subak Tabanan

Dalam buku ''Mebakti lan Semedi ke Pura Wayah Dalem Majapahit Sambil Melali di Pura Ceningan'' yang dibuat oleh Mangku Gde Ketut Darma disebutkan, walaupun Pulau Ceningan kecil, tetapi memiliki belasan pura kahyangan jagat. Dari belasan pura yang ada, salah satunya adalah Pura Wayah Dalem Majapahit. Pura ini sudah ada sejak zaman dulu, walaupun dulunya hanya ada satu buah bebaturan. 
 
Menurut leluhur atau tetua yang menginformasikan dari generasi ke generasi bahwa kesakralan dan keangkeran pura ini sangat tinggi. Misalnya, bila ada orang yang mempunyai upacara tanpa menghaturkan sesajen di pura ini biasanya masakannya tidak pernah matang dan air yang dimasak tidak pernah mendidih. Bila ada orang yang melakukan Aci Sang Hyang yaitu tarian sakral tanpa mohon restu di pura ini biasanya tidak berjalan lancar. Sebab, pura ini linggih Sang Hyang Pasupati serta Dewa-Dewi lainnya. Di Pura ini juga dulunya tempat pemangku, balian dan dasaran mohon taksu. Mungkin ini sudah merupakan takdir sekian lama sesuhunan yang melinggih di pura ini beryoga dan sekarang saatnya Beliau bangkit. 
 
Bila dikaitkan dengan sebuah lontar Bali yang dimuat oleh Empu Kuturan yang menyatakan ''Sira Mpu Kuturan, ingaranan Mpu Raja Kreta Mahyunta Anggawe Parahyangan Kabeh, sane kagawe wit Majapahit, kaunggullan ring Bali kabeh. Adalah Mpu Kuturan bergelar Mpu Raja Kreta, beliau membuat parahyangan (tempat leluhur) semua orang di Bali yang dibawanya dari Majapahit, dibangun atau diterapkan di seluruh Bali. 
 
Dari lontar tersebut kita dapat menyimak bahwa Bali adalah bagian dari Majapahit. Apa yang diterapkan di Bali yang berkaitan dengan upacara ritual mulai dari upacara odalan sampai upacara Pitra Yadnya mayoritas menggunakan adat Majapahit. Hal tersebut merupakan bukti riil bahwa orang Majapahit yang notabene adalah penganut ajaran Siwa Buddha sangat kental melekat dalam diri masyarakat Bali. 

 

Di pura ini dipuja Sang Hyang Pasupati, Hyang Siwa Buddha, Hyang Gana Pati, Ratu Rambut Sedana, Ratu Ayu Mas Melanting, Ratu Hyang Baruna, Dewi Kwan Im, Ratu Mas Subandar, Rakyana Gajah Mada dan Bedawang Muka Geni (Naga Merah). 
 
Pura ini adalah tempat mohon kedamaian, taksu seni, pengobatan, bisnis, kesucian, pembersih/melukat, kepemimpinan dan penyatuan serta kesejahteraan serta penolak bala. 
 
Di Pura Wayah Dalem Majapahit ini di-sungsung pejenengan berupa keris dengan sarungnya. Maknanya, keris adalah simbol Siwa dan warangka adalah simbolis Buddha. Siwa adalah simbolis kecerdasan dan Buddha adalah simbolis kebijaksanaan. Cerdas tanpa bijaksana sering terjadi ego, sombong, emosional, dan egois, sedangkan bijaksana tanpa kecerdasan akan terjadi kebodohan. 
Pujawali di pura ini setiap Purnama Ketiga. Ida Batara nyejer selama tiga hari. Pada purnamaning ketiga tanggal 12 September 2011 lalu dilakukan pemlaspas dan pujawali diikuti umat dari Bali, Jawa, dan Lombok.  

 Baca juga: Mengintip Goa Jepang

Pada saat karya Kridaning Jagat Pengreruaning Bumi Nusantara yang diadakan tanggal 3 September 2010 lalu di Candi Penataran Blitar yang bertujuan untuk membersihkan jagat raya/bumi nusantara yang dihadiri umat Hindu serta tokoh-tokoh/perwakilan seluruh Indonesia, salah satu tirta yang di-tuhur untuk acara itu adalah di Pura Wayah Dalem Majapahit di Pulau Ceningan. 
 
Jika umat ingin tangkil ke Pura Wayah Dalem Majapahit bisa melalui Sanur menuju Lembongan. Kemudian naik mobil hingga sampai di jembatan menuju Ceningan kurang lebih seratus meter menuju barat dari ujung jembatan Ceningan ke lokasi pura. Atau bisa melalui Tribuana Kusamba turun di Ceningan, atau bisa dari Toya Pakeh Nusa Penida setelah atau sebelum tangkil ke Dalem Ped dan Goa Giri Putri.

Penulis : TImLiputan



Sejarah Bali Sejarahbali Pura Wayah Dalem Majapahit Nusa Ceningan


Tonton Juga :



Asal usul Lainnya :










Sejarah Terpopuler





TRENDING TERHANGAT