Subak Di Bali Diperkirakan Berumur Ribuan Tahun

 Sabtu, 03 September 2022, 00:00 WITA

IKUTI SEJARAHBALI.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Sejarahbali.com, Denpasar - 

Organisasi pengairan tradisional bidang pertanian (Subak) di Bali dengan tata kelola sawahnya serta sistem pengairan, telah dikenal ke mancanegara.

Serta sistem Subak juga menjadi salah satu kekhasan dimiliki masyarakat Bali dan menjadi kearifan lokal masyarakat Bali.

Dibalik tersohornya nama Subak, tersemat cerita didalamnya, salah satunya disampaikan, Budayawan, Praktisi dan Akademisi, Dr. Ir Wayan Windia di Denpasar, Subak di ketahui eksistensinya dari prasasti Pandak Badung di Kabupaten Tabanan pada tahun 1971 dan Prasri Klungkung 1972.

Jika dilihat dari Prasasti 1971 mungkin, Subak telah ada jauh sebelumnya.Atau dapat dikatakan Subak telah ada seribu tahun lamanya.

"Kala itu, Subak dimulai dari, hulu tepatnya di Subak Puakan, Desa Taro, Tegalalang, Kabupate Gianyar dipimpin oleh Ida Rsi Markandeya.Saat Ida Rsi Markandeya membangun Subak dengan mengorbankan empat ratus dari delapan ratus anak buahnya telah gugur," katanya.

Selanjutnya, Ida Rsi Markandeya pulang ke Jawa, melakukan ritual di Besakih.Kemudian Beliau kembali ke Desa Taro.

"Akhirnya Ida Rsi Markandeya kala itu, berhasil membuat Subak tersebut di Desa Taro," cetusnya.

Menurut Dirinya, tujuan atau fungsi Subak mulai dari, Mendistribusikan air irigasi ke para petani, Memelihara saluran irigasi, Menggelola sumber daya seperti, uang maupun tenaga kerja, Menangani konflik selanjutnya Mengadakan ritual.

"Subak tersebut kuat karena, satu sumber air dan berterikatan dengan satu pura.Sehinga, Subak tersebut dianggap sakral karena, terus ada upakara digelar," cetusnya.

Dirinya mencontohkan, misal di tingkat petani dilakukan 15 kali ritual.Mulai dari, Menyambut air, Menanam bibit Padi hingga Membajak lahan persawahan.Belum lagi ritual tersebut dilakukan para petani ditingkat Subak sampai ke tingkat Bendungan.

"Subak dalam hal ini dapat dianggap sakral dikarenakan, segala ritual ada disana," cetusnya.

Jika dilihat dari, berbagai Purana mulai dari, areal Subak tidak boleh ada  permainan Sex, Tidak boleh berkata-kata kasar, Tidak boleh ada adu fisik, apalagi sampai menimbulkan ceceran darah di areal sekitar Subak.

"Ada berbagai hal tidak dapat dilakukan masyarakat di areal subak berdasarkan beberapa Purana yang ada," sebutnya.

Windia melanjutkan, Subak memiliki Sumber air, Pura kemudian otonum. Subak tidak berada di bawah Desa Adat. Jadi, Subak batas-batasnya idiologis, Dari satu Bendungan air mengalir terus ke hilir sehingga dapat mengaliri dua wilayah. Mulai dari wilayah Desa Adat, Kecamatan bahkan ke dua Kabupaten.

"Berapa dapat di aliri air itulah menjadi anggota Subak," tutupnya.

Penulis : A.A Gede Agung






Sejarah Terpopuler