Berbicara arsitektur teradisional Bali, tentu begitu banyak komponen-komponen dapat dibahas Mulai dari, tata letak rumah berkaitan dengan pemaknaan dan penggunaan bahan.

Guru Besar Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik, Universitas Udayana (Unud), Prof Dr Ir Putu Rumawan Salain. M.Si., IAI menyampaikan, saat arsitektur tradisional Bali di bangun terpenting adalah, lokasi pembangunannya.

Lokasi menjadi komponen terpenting sebagai awal pendirian tempat bangunan.Mulai dari, mana boleh dan  tidak boleh di bangun.

"Misalnya, banyak yang kita lihat salah satunya ada Bisama.Jadi, ada jarak dan lain-lainnya," katanya di Gianyar.

Di Bali tata letak bangunan maupun halamannya juga diatur, boleh atau tidaknya bangunan tersebut misalnya, ada berhadapan dengan jalan, tentu hal tersebut tidak dijinkan.

"Dahulu memilih pemanfaatan lokasi bangunan baik, banggunan Suci, Puri, Rumah tinggal sampai sawah dan lain-lainnya.Maka Hulu, Teben, dan Tengah menjadi hal penting.Apakah boleh di hulu serta apakah boleh ada di teben.Tempat - tempat tersebut telah di bagi, tertinggi di utara.Utara berorientasi tertinggi dan dianggap suci," paparnya.

Jadi, dalam kaitan dengan hal tersebut ketinggian dianggap tempat dipandang jauh lebih suci.

"Itu perlu kita bahas dan kemudian dibtrasformasi ke dalam bentuk arsitektural jadi, Nista, Madya dan Utama, menjadi komponen berkaitan dengan tubuh manusia maupun tubuh alamnya," paparnya.

Sembari Rumawan Salain menambahkan, Alam menjadi penting bahkan, alam menjadi sumber material.Jadi bangunan pun memiliki aturannya.Diatur dalam tatanan bahan bangunan mulai dari, kayu mana boleh, tidak boleh digunakan dan ada juga dimensi-dimensi yang lebih banyak di ukur dengan tapak dan rai.Tapak mengenai jarak bangunan sedangkan, rai mengenai dimensi bangunan melalui ukuran tiang.