Asal usul

Pura Goa Giri Putri

 Jumat, 08 September 2017

SejarahBali.com/Istimewa

IKUTI SEJARAHBALI.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Sejarahbali.com, Bangli - 
KEHIDUPAN umat Hindu di Bali, tak bisa dipisahkan dari kegiatan ritual keagamaan. Setiap hari, ritual upacara selalu digelar, mulai dari tingkatan terkecil (rumah) hingga lebih besar di pura. Tentunya dengan harapan mendapat kemakmuran dan kesejahteraan.
 
Dengan srada dan bhakti yang benar-benar tulus, suci, nirmala, umat berharap dapat mewujudkan tujuan hidup Moksartam Jagatdhita Ya Ca Iti Dharma. Di Bali, salah satu pura yang sering dijadikan tempat matirthayatra adalah Pura Goa Giri Putri di Nusa Penida. Tepat, bila umat tangkil ke pura ini memohon anugerah kesejahteraan lahir batin, agar murah rezeki, dipermudah jalan menuju kesuksesan dalam berusaha, kedamaian hidup, keselarasan dan keharmonisan rumah tangga.
 
Nama pura ini berawal dari lokasinya di sebuah goa. Tampat/lubang yang ada di dalam tanah baik di perbukitan atau gunung yang memiliki rongga dengan lebar dan panjang tertentu. Giri Putri, merupakan nama yang diberikan untuk sebuah goa di Dusun Karangsari, Suana, Nusa Penida. Giri artinya bukit/pegunungan. Putri artinya perempuan cantik. Dalam konsep ajaran Hindu, putri yang dimaksud adalah sebuah simbolis bagi
 
 
kekuatan/kesaktian Tuhan yang memiliki sifat keibuan (kewanitaan). Jadi, Goa Giri Putri dimaksudkan tempat bersemayamnya kekuatan/kesaktian Tuhan dalam manifestasinya berupa seorang perempuan/wanita cantik yang disebut Hyang Giri Putri yang tiada lain adalah salah satu saktinya dan kekuatan Tuhan dalam wujudnya sebagai Siwa.

 Baca juga: Pura Goa Lawah

Goa Giri Putri berada di ketinggian 150 meter di atas permukaan air laut. Memiliki panjang sekitar 310 meter dan terdapat 6 tempat bersembahyang atau pelinggih. Sebelum tahun 1990, Goa Giri Putri hanyalah sebuah goa yang dijadikan objek wisata lokal, terutama saat gari raya Galungan dan Kuningan. Di samping air yang ada di Taman Goa dijadikan tirtha khususnya oleh masyarakat Karangsari tiap ada upacara Panca Yadnya.
 
Sebagai bentuk pelestarian dan menjaga keberadaan Goa Giri Putri sebagai tempat persembahyangan sekaligus objek wisata spiritual dan budaya, muncullah ide membangun pelinggih-pelinggih sebagai tempat pemujaan kepada para Dewa yang bersemayam di Pura Goa Giri Putri. Ada enam pelinggih dan kekuatan Tuhan yang bersemayam di Pura Goa Giri Putri. Di antaranya pelinggih Hyang Tri Purusa, Hyang Wasuki, Hyang Giripati, Hyang Giri Putri, Payogan dan Hyang Siwa Amerta, Sri Sedana/Ratu Syahbandar dan Dewi Kwam Im.
Bukan hanya saat piodalan yang berlangsung pada purnamaning kalima, Pura Goa Giri Putri selalu padat dikunjungi pemedek setiap harinya. Apalagi, Pura Goa Giri Putri masuk dalam daftar deretan pura yang dijadikan objek wisata spiritual di Nusa Penida.

 Baca juga: Pura Goa Gajah, Simbol Akulturasi Hindu Buddha

Bukan hanya umat Hindu yang tangkil, pejabat tinggi nasional juga kerap bersembahyang di Pura Goa Giri Putri, terutama saat ada kegiatan di Kecamatan Nusa Penida. Jika tangkil ke Pura Goa Giri Putri, saat turun di pelataran parkir kemudian menyeberang jalan, pemedek langsung berhadapan dengan jalan berundak-undak yang berjumlah 110 undak. Sampai di atas, bertemu pelingih pertama Hyang Tri Purusa, berupa sebuah padmasana yang berada persis di depan mulut goa.
 
Bendesa Pakraman Karangsari, I Nyoman Dunia, S.Pd. dan Pemangku Pura Goa Giri Putri, Ketut Darma, MBA menuturkan, sesuai petunjuk niskala yang sering diterima para supranatural, yang melinggih di pura ini kekuatan Ida Sang Hyang Widhi dalam perwujudannya sebagai Hyang Tri Purusa (ajaran Siwa Sidantha) yang terdiri dari Paramasiwa, Sadasiwa dan Siwatma.
 
Paramasiwa berarti Nirguna-Brahman yakni Tuhan dalam keadaan suci murni tanpa terkena pengaruh maya. Kekal abadi, tidak berubah, tidak dilahirkan dan tidak mati, wyapi wyapaka nirwikara. Sadasiwa yakni saguna-brahman, Tuhan dalam keadaan saguna (Mahakuasa), bersifat gaib, suci dan mulia. Sedangkan siwatma yakni Tuhan dalam pengaruh maya yang menjadi sumber hidup atau jiwatma bagi segala makhluk. Jadi, kekuatan Tuhan yang dipuja di pelinggih pertama itu yakni Hyang Tri Purusa. Dimana, tempat memohon anugerah perlindungan dari segala pengaruh negatif, kebahagiaan lahir batin dan memohon tuntunan dalam menjalankan tugas hidup.

 

Setelah bersembahyang di Tri Purusa, pemedek selanjutnya memasuki areal Goa Giri Putri. Kesan pertama bagi siapa pun yang baru pertama kali tangkil ke pura ini, pasti akan merasa takut, waswas dan berpikir tidak mungkin bisa masuk. Karena, ketika melihat mulut goa yang berukuran kecil. Ini sebuah keajaiban kekuatan Tuhan. Goa ini hanya bisa dilalui satu orang saja. Selebihnya, pemedek akan tercengang dengan keajaiban yang ada dan pasti tidak menyangka bahwa rongga goa sangat lebar dan tinggi, diperkirakan bisa menampung hingga 5.000 pemedek.
 
Begitu melewati terowongan, pemedek kembali menemukan pelinggih Hyang Wasuki yang berupa Sapta Petala. Hyang Wasuki merupakan salah satu manifestasi Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan sifat penolong, penyelamat dan pemberkah kemakmuran. Karena Hyang Wasuki diwujudkan dalam bentuk naga bersisik emas berkilauan penuh pernak-pernik mutiara dan mahkota hingga ke ekornya. Hyang Wasuki juga senantiasa menjaga keseimbangan alam bawah (pertiwi) demi keselamatan dan kesejahteraan umat manusia beserta mahkluk lainnya. Makanya, umat Hindu yang tangkil di pelinggih ini selalu memohon keselamatan, kedamaian dan ketentraman umat pada umumnya dan khususnya keluarga, ujar Mangku Ketut Darma. Usai sembahyangan di Hyang Wasuki, pemedek melanjutkan persembahyangan di pelinggih ketiga berupa padmasana.
 
Pelinggih ini merupakan tempat berstananya Hyang Giripati/Siwa, penyineban Ida Bhatara dan tempat pelukatan. Di pelinggih ini, sebelum pemedek melakukan persembahyangan, wajib melakukan pelukatan Dasa Mala terlebih dahulu dengan memohon tirtha pelukatan kepada Ida Hyang Giri Putri, Dewi Gangga dan Hyang Giri Pati agar segala papa klesa, sarwa roga yang bersifat asuri sampat, baik sekala maupun niskala bisa diruwat, dilebur dan dimusnahkan. ''Setelah prosesi pelukatan selesai, baru melakukan persembahyangan di pelinggih Giripati guna memohon pasupati pelukatan sehingga secara lahir batin kita terlepas dari hal-hal negatif,'' kata Bendesa Nyoman Dunia.
 
Persembahyangan berikutnya, adalah di pelinggih keempat yakni tempat berstananya Hyang Giri Putri. Sebelum menaiki tangga, pemedek terlebih dahulu menjumpai sebuah pelinggih berupa pengrurah linggih Ida Ratu Tangkeb Langit sebagai penjaga Ida Hyang Giri Putri. Saat pemedek berada di areal luhur Giri Putri, akan dijumpai pelinggih Hyang Giri Putri yang berdampingan dengan pelinggih pengaruman sebagai tempat menstanakan simbol-simbol dewa-dewi berupa arca dan rambut sedana. Yang paling unik dari pelinggih ini, yakni keberadaannya di tengah-tengah atas dinding goa. ''Agar bisa tangkil dan bersembahyang di pelinggih ini, harus menaiki tangga dulu (kini sudah terbuat dari pelat mobil),'' ujar pemangku Ketut Darma.
 
Di pelinggih ini, pemedek memohon anugerah untuk mewujudkan harapan-harapan hidup, penyembuhan penyakit melalui percikan tirtha. Sebelumya didahului dengan memohon izin dari Hyang Giri Putri, Hyang Tri Purusa, Hyang Giri Pati, Hyang Wasuki, Hyang Maha Dewa, Hyang Sri Sedana dan Dewi Kwam Im. 
 
Ada juga pelinggih Payogan. Pelinggih ini berupa padmasana, sebenarnya dalam satu ruangan dengan Giri Putri. Jaraknya sekitar 7 meter. Sesuai namanya merupakan, pelinggih ini merupakan tempat peraduan Hyang Giri Putri-Hyang Giri Pati. Tempat khusus melakukan tapa, yoga dan semadi. Orang bijak sering menyebut sebagai tempat Ida Ratu Niyang-Ratu Kakiang. Ada juga yang menyebut Linggih Ida Hyang siwa dalam wujud Tri Purusa.
Terakhir, pelinggih Hyang Siwa Amerta, Sri Sedana/Ratu Syahbandar dan Dewi Kwam im. Pelinggih ini berada diujung tenggara. Dimana pemedek bisa melihat dengan jelas pancaran sinar matahari yang seolah-olah memberi obor suci dari kilauan cahaya Sang Hyang Surya. Di area ini ada dua padmasana tempat berstananya Hyang Siwa Amerta/Mahadewa dan Gedongsari linggih Ida Hyang Sri Sedana/Ratu Syahbandar, Ratu Ayu Mas Melanting serta dua patung Kwam Im. Semuanya merupakan dewa pemurah, pengasih dan penyayang serta kemakmuran.
 
Secara umum, ditempat ini merupakan perpaduan konsep Siwa-Buda serta tempat bagi pemedek memohon anugrah kesejahteraan lahir bathin, agar murah rejeki, dipermudah jalan menuju kesuksesan dalam berusaha, kedamaian hidup, keselarasan dan keharmonisan rumah tangga serta memohon anugerah

Penulis : TImLiputan



Sejarah Bali Sejarahbali Pura Goa Giri Putri Nusa Penida


Tonton Juga :



Asal usul Lainnya :










Sejarah Terpopuler





TRENDING TERHANGAT