Asal usul

Pura Luhur Jaya Prana

 Jumat, 08 September 2017

Sejarahbali.com/Istimewa

IKUTI SEJARAHBALI.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Sejarahbali.com, Karangasem - 
Pura Jaya Prana atau Pura Bhatara Sakti Wawu Rawuh atau yang lebih akrab dikenal sebagai Pura Teluk Terima adalah sebuah pura yang terletak di tengah kawasan Taman Nasional Bali Barat, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng – Bali.  
 
 
Pura ini dapat ditempuh sekitar 4-5 jam perjalanan dengan menggunakan mobil/motor dari kota Denpasar. Setelah sampai di lokasi, kita harus berjalan kaki menaiki tangga sekitar satu km untuk mencapai areal Pura Jaya Prana tersebut. Jika baru pertama kali kesana, akan terasa cukup melelahkan.
 
Keberadaan Pura Jaya Prana ini tidak terlepas dari kisah legenda cinta sepasang manusia yang harus berakhir menyedihkan. Banyak menganggap kisah percintaan ini seperti Romeo dan Juliet versi Bali. Adalah seorang pemuda yang bernama Nyoman Jaya Prana. Dia adalah seorang yatim piatu. Sejak kecil, Jaya Prana menjadi abdi Raja di Kerajaan Kalianget. Karena kesungguhan dan ketulasan Jaya Prana mengabdi pada Sang Raja, Jaya Prana pun menjadi abdi kesayangan Raja.
 
 
Setelah tumbuh menjadi seorang pemuda yang tampan dan gagah, Raja meminta Jayaprana untuk menikahi seorang gadis. Akhirnya setelah lama mencari, ia pun menjumpai seorang gadis cantik yang bernama Layonsari, putri seorang kepala desa. Kedua insan muda tersebut, saling jatuh cinta, dan atas ijin raja, pernikahan Jayaprana dan Layonsari digelar. Seuasai acara pernikahan dilaksanakan, Jayaprana dan Layonsari keesokan harinya menghadap raja untuk memohon doa restu.
 
Alangkah terkejutnya raja, melihat kecantikan Layonsari. Sejak saat itulah, munculah niat Sang Raja untuk merebut Layonsari dari dekapan Nyoman Jayaprana. Kemudian Raja mengadakan rapat dengan beberapa patih untuk meminta pertimbangan agar bisa mendapatkan Layonsari. Atas usul Patih Saungguling, Raja diminta untuk memberi perintah kepada Jayaprana untuk pergi ke sisi barat daerah kerajaan membasmi para perampok.
 
Di tengah suasana bulan madu, Jayaprana harus terpaksa meninggalkan istrinya untuk melaksanakan tugas dari Raja. Dengan diselimuti firasat buruk, Layonsari dengan berat hati memberikan ijin kepada suaminya untuk pergi beberapa hari.
 
Ditengah hati yang cemas, Jayaprana pergi bersama Patih Saunggaling diiringi oleh beberapa prajurit. Akhirnya mereka tiba di kawasan hutan di dekat Pura Teluk Terima. Secara diam-diam Patih Saunggaling menusuk Jayaprana dengan kerisnya. Namun kesaktian Jayaprana membuat tubuhnya tidak terluka sedikit pun. Jayaprana terkejut atas ulah Patih Saunggaling, ia kemudian bertanya maksud si Paman Patih.
 
Patih Saunggaling akhirnya menceritakan latar belakang tindakannya tersebut, semua adalah keinginan dari Sang Raja. Setelah memahami situasi yang sedang terjadi, Jayaprana kemudian mengizinkan Patih Saunggaling untuk menusuk tubuhnya. Jayaprana menganggap bahwa orang yang telah membesarkan dirinya adalah Raja, maka Raja juga berhak mencabut nyawanya. Mayat Jayaprana dikubur di hutan tersebut, Patih Saunggaling dan rombongan prajurit pulang kembali ke istana.
 
Raja lalu mengumumkan kepada warga istana bahwa Jayaprana tewas di tangan perampok. Layonsari sangat terpukul mendengar kabar tersebut, ia merasa ada yang janggal dari kejadian tersebut. Setelah melakukan tipu daya tersebut, Raja berusaha menghibur hati Layonsari dan memaksa ia untuk menjadi istri raja.  
 
 
Layonsari kemudian menyadari bahwa yang sebenarnya membunu’h suaminya adalah Raja, akhirnya dengan menggunakan keris Sang Raja, Layonsari melakukan bunu’h diri. Kematian Layonsari membuat Raja menjadi gila, ia kemudian menusuk semua orang yang ada di sekelilingnya. Kekacauan terjadi, dan terjadilah perang saudara yang akhirnya memusnahkan kerajaan tersebut untuk selama-lamanya.
 
Itulah sekilas cerita Jayaprana dan Layonsari yang menjadi inti dalam keberadaan Pura Jayaprana. Banyak warga di seluruh Bali dan juga dari Jawa yang datang ke pura ini. Mereka berharap agar apa yang menjadi tujuannya bisa terkabulkan.
 
Adapun tiga permintaan yang sering dipanjatkan oleh umat yang datang ke pura ini, selain untuk memohon keselamatan  adalah  :
 
1. Memohon agar Diberikan Jodoh
Banyak pemuda-pemudi yang datang ke pura in selain untuk memanjatkan rasa bakti adalah berharap agar mendapatkan jodoh. Selain itu, bagi sepasang kekasih berharap agar hubungan cinta mereka dapat terjalin abadi.
 
2. Memohon agar Usaha / Bisnis Berjalan Sukses
Bagi warga Bali yang memiliki usaha dagang, pura ini adalah tempat yang baik untuk memohon kelancaran bisnis/usaha. Banyak wiraswasta yang datang dan berdoa ke sini pada hari purnam
 
 
3. Memohon untuk Diberikan Anak
Menurut kepercayaan, di Pura Jayaprana ini berstana Dewa/Dewi Kesuburan. Para pasangan suami – istri yang belum memiliki keturunan dapat berdoa dan memohon di pura ini agar dianugrahkan putra atau putri yang cantik (Saya juga sudah membuktikannya).
 
Itulah tiga macam doa yang sering dipanjatkan di Pura Jayaprana. Jika Anda berlibur atau berwisata di kawasan Bali Barat, maka Anda dapat mengunjungi tempat ini sambil menikmati kawasan Taman Nasional Bali Barat.

Penulis : TImLiputan



Sejarah Bali Sejarah Bali Pura Luhur Jaya Prana


Tonton Juga :



Asal usul Lainnya :










Sejarah Terpopuler





TRENDING TERHANGAT