Puputan Margarana, Aksi Heroik Mengusir Penjajah Di Tanah Bali

 Jumat, 19 Agustus 2022, 00:00 WITA

IKUTI SEJARAHBALI.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Sejarahbali.com, Tabanan - 

Sengitnya pertempuran Puputan Margarana melibatkan pasukan Ciung Wanara dipimpin Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai dengan Belanda sampai saat ini masih di kenang masyarakat Bali.

Selain itu banyak juga cerita di balik heroiknya Puputan Margarana kala itu di Desa Marga, Tabanan salah satunya disampaikan Budayawan, Praktisi dan Akademisi, Dr. Ir Wayan Windia.

Dirinya menceritakan secara singkat perjuangan dan perang terbuka antara, pasukan dipimpin Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai bersama pasukan Ciung Wanaranya melawan pasukan Belanda.

Menurut Dirinya, dimulai dari kedatangan Bapak I Gusti Ngurah Rai dari Jogja pada 5 April 1946.Kemudian Bapak I Gusti Ngurah Rai membangun pertemuan di daerah sekitar Munduk Malang, 16 April 1946.

Di Munduk Malang Bapak I Gusti Ngurah Rai membentuk persatuan dari semua unit, mulai dari, Sipil maupun tentara militer di Bali disebut Dewan Perjuangan Rakyat Indonesia (DPRI) wilayah Sunda Kecil. 

"Sejak dibangunnya pasukan bernama DPRI yang di pimpin oleh bapak I Gusti Ngurah Rai Belanda mulai sadar bahwa, Beliau ada lawan kemudian pasukan tersebut terus di gempur oleh Belanda," katanya.

Saat Bapak I Gusti Ngurah Rai berada di Munduk Malang, akhirnya diketahui oleh Belanda.Kemudian Bapak I Gusti Ngurah Rai bergeser dari daerah Munduk Malang ke timur sampai di Tanah Aron di Kaki Gunung Agung, Karangasem. 

"Disana terjadi pertempuran sangat hebat, pada 7 Juli 1946. Karena, saat itu Belanda mengetahui keberadaan Bapak I Gusti Ngurah Rai.Keberadaan Bapak I Gusti Ngurah Rai diketahui karena, dalam pasukannya ada seorang penghianat," sebutnya.

Perang besar pun terjadi pasukan dan Bapak I Gusti Ngurah Rai menang dan ratusan tentara Belanda mati di Tanah Aron. 

Kemudian Belanda marah, seluruh pasukan di kerahkan ke Tanah Aron, Karangasem kemudian Bapak I Gusti Ngurah Rai karena terjadi perang grilia bergeser ke daerah Tabanan melalui Puncak Gunung Agung.

Di kenal dengan Long Mars Gunung Agung para pejuang dengan setia mengikuti Bapak I Gusti Ngurah Rai terus ke barat, bertempur di daerah Pesagi.

"Jadi, pasukan dipimpin Bapak I Gusti Ngurah Rai masa itu bertempur di mana-mana dalam keadaan haus dan lapar," katanya. 

Kemudian sampailah Beliau di Desa Marga disana Beliau memerintahkan anak buahnya untuk menyerang Polisi NICA di Tabanan, guna melucuti persenjata Polisi NICA, kemudian  diseranglah Polisi Nica pada 18 November 1946.

"Pasukan bergerak ke arah utara sampai lagi ke Desa Marga kemudian disana, I  Gusti Ngurah Rai menyebut pasukannya sebagai pasukan Ciung Wanara," katanya.

Selanjutnya, pada  9 November 1946, pagi-pagi Bapak I Gusti Ngurah Rai menerima info dari anak buahnya dini hari  20 November 1946 bahwa, pasukan Belanda menyerbu Desa Marga.

"Saat di serbu pasukan I Gusti Ngurah Rai bertahan di desa Marga agar rakyat Marga tidak menjadi korban Belanda," cetusnya.

Saat itu, Bapak I Gusti Ngurah Rai menantang Belanda untuk perang terbuka di alam terbuka.

Beliau bergeser ke utara ke arah Subak Uma Kaang agar rakyat terhindar dari serangan pasukan Belanda. 

"Belanda saat itu juga  terus mendesak ke Subak Uma Kaang, akhirnya pada waktu yang tepat Bapak I Gusti Ngurah Rai memberi komando kepada pasukannya untuk menyerang.Maka terjadilah pertempuran hebat di Subak Uma Kaang yang sekarang menjadi taman pujaan bangsa atau menjadi tempat sejarah perang Puputan Margarana seluas 10 hektar,".

Singkat cerita khirnya dari peperangan tersebut pasukan Bapak I Gusti Ngurah Rai gugur. Kondisi tersebut terjadi dikarenakan, komando dari Bapak I Gusti Ngurah Rai saat itu adalah, "Puputan". Akhirnya semua pasukan gugur di medan perang dengan melakukan Darma keprajuritan terakhir.

Intinya adalah, I Gusti Ngurah Rai adalah pemimpin sejati yang selalu di depan tidak hanya memerintah Beliau juga tidak mau mengorbankan rakyat yang tidak bersalah. Beliau menghormati dan mencintai rakyatnya dan mengorbankan jiwa raganya demi Indonesia Merdeka.

Menurut Dirinya, Bapak I Gusti Ngurah Rai sangat di hormati karena, Beliau rela meninggalkan anak istri bahkan, yang saat itu istrinya sedang hamil, kekayaan di korbankan untuk perjuangan, mengorbankan Tahta, sangat pintar serta ahli pencak silat.

"Beliau pemimpin memiliki kelebihan dan di hormati oleh anak buahnya, tidak ada anak buahnya bergerak tanpa perintah Bapak I Gusti Ngurah Rai kala itu,".

Sembari Dirinya menambahkan, Dalam pertempuran Bapak I Gusti Ngurah Rai tetap setia memimpin pasukanya sampai titik darah penghabisan.

Penulis : A.A Gede Agung






Sejarah Terpopuler