PUTU SETIA, KISAH WARTAWAN MENJADI PENDETA

 Sabtu, 22 Agustus 2020, 00:00 WITA

IKUTI SEJARAHBALI.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Sejarahbali.com, Denpasar - 

Pendeta Hindu, Ida Pandita Mpu Jaya Prema Ananda, yang dulu bernama Putu Setia, Sabtu (1/6/2013) meluncurkan buku otobiografi berjudul “Wartawan Jadi Pendeta”. 

Buku otobiografi ini mengupas perjalanan hidupnya dari keluarga miskin hingga menjadi wartawan dan kini menjadi pendeta. 

"Awal saya jadi pendeta untuk menyelamatkan keluarga karena dikutuk leluhur. Ayah dari kakek saya dulu tidak mau jadi pemangku di Pura Dalem Desa Pujungan. Beliau kemudian dikutuk jadi miskin," ujar Pandita, saat menjadi pembicara dalam peluncuran buku, di Warung Tresni, jalan Drupadi Denpasar. 

Perjalanan wartawan senior Putu Setia untuk menjadi seorang pendeta melalui proses panjang. Sebelum menjadi seorang Pandita Hindu, awalnya ia hanya ingin menjadi seorang pemangku. 

"Dulu saya janji jadi pemangku. Namun karena uang pensiun belum cukup, maka saya kemudian balik lagi ke Jakarta, tapi dengan janji saya akan menjadi yang lebih tinggi dari pemangku yakni jadi pendeta," paparnya. 

Untuk menjadi seorang Pandita Hindu seperti sekarang, Pandita Mpu Jaya Premananda harus mencari seorang nabe (pendeta yang sudah boleh mengangkat murid untuk dididik menjadi pendeta). Namun mencari seorang nabe pun tak semudah yang dibayangkannya. 

"Sebelum ketemu, saya sempat berkeliling mencari seorang nabe. Sebelumnya ada 5 pandita nabe yang saya dekati, namun semua tidak sreg. Akhirnya Nabe kayumas Kelod cocok, dan saya resmi diangkat jada anak (murid) hingga akhirnya saya menjadi seorang pendeta seperti saat ini," jelasnya. 

Buku otobiografi “Wartawan Jadi Pendeta” ini ditulis sendiri oleh Ida Pandita Mpu Jaya Prema Ananda, yang dulunya memang merupakan jurnalis di majalah Tempo. Buku setebal 404 halaman ini diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia. 

Selain kisah perjalanan menjadi seorang pendeta, ada berbagai kisah menarik yang disajikan dalam buku ini. Salah satunya cerita saat Pandita Mpu Jaya Prema Ananda menyaksikan penumpasan PKI di dalam bab V. 

"Saya dulu sempat menyaksikan penumpasan PKI. Pada jaman itu situasinya luar biasa, anak SMP sudah berpolitik, ada GSNI dan IPPI. Saya sempat menyelamatkan beberapa anak PKI. Tapi saya juga sempat menyaksikan anak SMP dibunuh oleh tentara. Saya menjadi saksi kebrutalan pembantaian PKI waktu itu," jelasnya. 

Buku otobiografi ini juga menceritakan saat Pandita Mpu Jaya Prema Ananda pergi dari kampungnya di Tabanan menuju Kota Denpasar untuk melanjutkan sekolah, drop out saat kelas 2 STM, menjadi pemain drama gong di kampungnya, cerita saat bertugas menjadi wartawan, dan berbagai kisah menarik lainnya. 

Ida Pandita Mpu Jaya Prema Ananda menjadi pendeta pada 21 Agustus 2009. Ia kemudian dijuluki pendeta gaul karena kerap memberi ceramah tentang agama Hindu lewat media sosial twitter dan facebook. 

"Meski sudah menjadi seorang pendeta, tapi kadang saya lupa sudah menjadi pendeta," ujarnya.






Sejarah Terpopuler