Apa Kata Mereka

Apa Kata Mereka dari Dra Ni Putu Karnadhi M.Si. tentang Channel Sejarah Bali

 Senin, 07 November 2022

Sejarahbali.com

IKUTI SEJARAHBALI.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

"Penari-penari tersebu kala itu memakai kuku panjang kemudian dilihatlah kuku panjang tersebut. Oleh beliau, merasa sangat bagus akhirnya ditambahkanlah kuku panjang tersebut menjadi 8", katanya.

Kemudian badong dan onggarnya dibuat lebih besar terlihat bagus dan gagah. Dari palembang itu sampai ke padang beliau juga dihadiahkan songket.

"Jadi motif songket Buleleng tersebut hampir mirib dengan songket padang jadi itu akulturasinya", cetusnya.

Kemudian kerisnya juga tidak nyempit seperti, payas Agung biasa karena, yang menikah ini adalah, keluarga kerajaan jadi, keris itu dibawakan oleh orang lain. Namun kalau disini karena, kita akan peragaan jadi, dibawa oleh pengantin itu sendiri.

Khas payas Ningrat Buleleng ini adalah, bunganya yakni bunga Tetunjungan berupa bunga Kapu-kapu.

"Jadi bunga tunjung tersebut dan bunga kapu-kapu adalah, bunga yang bersih yang melambangkan bagaimana kesiapan seorang wanita melalui bahtera rumah tangga dan dengan niat suci bisa bertahan hidup dimana saja", paparnya.

Kemudian payas Agung Buleleng memakai songket karena, dulu kain songket tersebut dipakai oleh anak Pepatih.Jika anak raja atau ningrat memakai kain Prada.

"Kala itu kain prada hanya dimiliki oleh orang-orang berkuasa saja", sebutnya.

Kemudian pada payas Buleleng memakai pusung songgeng.Bentuknya hampir mirib tetapi pembuatannya yang berbeda pusung songgeng tersebut dipakai oleh orang kebanyakan sedangkan dalam payas ningrat dipakai pusung Tagel Ngandat.

"Jadi pusung tagel ngandat itu khusus untuk kalangan raja. Ternyata setelah kita lihat dan pelajari ternyata Buleleng itu sejak dulu pikirannya sudah terbuka dan mengglobal dari akulturasinya", katanya.

Selanjutnya, dari segi payasnya juga sudah ringan tidak memakai malem pada seminya itu  payasnya klasik.

"Akulturasi ini terjadi karena, Buleleng itu lama di duduki oleh Karangasem jadi perkawinan silang tersebut banyak  yang terjadi antara anak raja dan anak pepatihnya itu kan sesama keluarga makanya itu yang terjadi. Songket Buleleng dan songket Karangasem itu motifnya hampir sama", pungkas Putu Karnadhi

Penulis : A.A Gede Agung

Editor : SejarahBali


Halaman :


Sejarah Bali Bali Sejarah Apa Kata Mereka Buleleng Payas Ningrat Cina Payas Agung


Tonton Juga :



Apa Kata Mereka Lainnya :










Sejarah Terpopuler





TRENDING TERHANGAT