Asal usul
Misteri Harimau Bali, Kisah Sangmong Yang Terlupakan
Selasa, 09 April 2024
Asal usul
Misteri Harimau Bali, Kisah Sangmong Yang Terlupakan
Selasa, 09 April 2024
Misteri Harimau Bali, Kisah Sangmong Yang Terlupakan
Dalam budaya Bali, harimau memiliki tempat khusus dalam cerita rakyat dan seni tradisional, seperti dalam lukisan Kamasan kerajaan Klungkung. Namun, mereka dianggap sebagai kekuatan destruktif dan upaya pemusnahan didorong sampai punah. Dan tidak hanya dilakukan oleh penduduk setempat, dimana Bali sebagai pulau yang tidak begitu luas, maka perkembangan hidup manusia Bali yang tumbuh dan memerlukan banyak ruang tentu mengantar banyak spesies binatang asli Bali menuju kepunahan bahkan benar-benar hilang dari peradaban.
Namun kolonialisme era kolonial Belanda kala itu juga mendorong banyaknya perubahan secara masif dalam ekologi Bali, dimana jalan-jalan untuk kendaraan mulai dibangun, lapangan terbang hingga area perkebunan dan juga yang paling jahat adalah berdatangannya para pemuja hobi berburu yang menjadikan hewan-hewan eksotis sebuah wilayah jajahan sebagai binatang buruan untuk pemenuhan hobi.
Tak hanya di Sumatra dan Jawa namun juga terjadi di Bali. Tentu perburuan secara masif baik oleh kepentingan orang Bali yang memerlukan ruang lebih luas hingga mendesak Sang Mong dalam kepunahan, lalu ditambah kolonialisme Belanda dengan segala dampak negatifnya selain perang saudara. Yaitu budaya baru berburu dengan senapan, telah ikut merusak habitat Sang Mong serta membuatnya punah.
Selain diambil untuk dipelihara dan digunakan dalam atraksi-atraksi binatang eksotis yang menjadi trend kala itu di Eropa dengan pertunjukan sirkus, maka kulit hingga kuku DNA tulang belulangnya pun diambil dan dijadikan komoditi. Sangat sedikit catatan pertemuan yang dapat diandalkan dan bahkan lebih sedikit dokumentasi visual yang tersisa.
Salah satu catatan terlengkap ditinggalkan oleh baron Hungaria Oszkár Vojnich, yang menjebak, memburu, dan memotret harimau Bali. Pada 3 November 1911, ia menembak mati seekor spesimen dewasa di wilayah barat laut, antara Gunung Gondol dan Sungai Banyupoh, yang mendokumentasikannya dalam bukunya In The East Indian Archipelago.
Penulis : A.A Gede Agung
Editor : SejarahBali