Histeria

Belanda Menebar Hoaks untuk Taklukkan Bali dalam Perang Jagaraga

 Kamis, 19 Agustus 2021

Atlas Van Stolk/Perang Jagaraga di Buleleng dalam lukisan Belanda, 1848

IKUTI SEJARAHBALI.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Kabar bohong alias hoaks ini membuat Buleleng cemas, juga barisan sekutunya. Pasukan gabungan Buleleng pun tak fokus lantaran khawatir, bahkan tidak sedikit yang meninggalkan benteng pertahanan di Jagaraga. Hal ini memicu kepanikan di kalangan rakyat Buleleng dan Bali pada umumnya. Belanda memanfaatkan betul situasi ini. Pagi-pagi buta tanggal 15 April 1849, Jagaraga digempur dari dua sisi, depan dan belakang. Pihak Buleleng tidak siap menerima serangan besar ini.

Korban tewas berjatuhan, ribuan warga ditawan. D. Surya dalam buku berjudul Bali (2012) mengungkapkan, Patih Jelantik terpaksa mundur lagi, kali ini ke Gunung Batur (hlm. 62). Namun, di perjalanan dan dalam kondisi terluka serta dikejar-kejar pasukan Belanda, sang patih tak mampu bertahan dan akhirnya menghembuskan nafas penghabisan.

Wafatnya I Gusti Ketut Jelantik membuat Buleleng limbung sehingga jatuh sepenuhnya ke tangan Belanda, demikian pula Pulau Dewata. Tahun 1993, pemerintah RI menetapkan Mahapatih Kerajaan Buleleng ini sebagai pahlawan nasional. Sebenarnya, Belanda sudah memegang kuasa di wilayah ini sejak raja-raja Bali, termasuk Raja Buleleng, meneken perjanjian pada 9 Juli 1846.

Namun, Patih Jelantik tetap mengobarkan perlawanan semampu-mampunya, yang dituntaskan lewat Puputan Jagaraga. Pantang bagi I Gusti Ketut Jelantik menyerah kepada bangsa penjajah, seperti sumpah yang pernah diucapkannya: “Selama aku hidup, aku tidak akan mengakui kekuasaan Belanda di negeri ini.”

Sumber : https://www.tirto.id

Penulis : TImLiputan


Halaman :


Perang Jagaraga I Gusti Ketut Jelantik Belanda Penjajahan Belanda Buleleng


Tonton Juga :











Sejarah Terpopuler





TRENDING TERHANGAT