Kultur

Pohon Beringin Jadi "Pusat Aktivitas" Masyarakat Bali Tempo Dulu

 Kamis, 20 Oktober 2022

Sejarahbali.com

IKUTI SEJARAHBALI.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baru berjalan beberapa kilometer, Henry sudah melihat Bali berbeda dengan Jawa. Di Bali, Jawa di sebut Jawi yang berarti jauh atau pulau yang jauh.  Pemandangan sawah yang betingkat-tingkat jauh lebih indah di Bali.

Saat melewati desa-desa yang ada di Bali, Henry merekam kehidupan warga desa yang waktu itu masih tergolong sederhana. Kehidupan di desa waktu itu, biasanya terpusat di bawah naungan pohon beringin berukuran besar. Menurut Henry, batangnya lebih besar daripada pelukan 20 laki-laki.

"Di sini (di bawah naungan pohon beringin), mereka membeli, menawar, dan bergosip. Di sini pula mereka mencukur rambut, berteman, dan melerai permusuhan. Perempuan yang memangggul keranjang penuh dengan hasil kebun berjalan ke pasar untuk mencari nafkah,"kenang Henry.

Selain mencatat tentang fungsi pohon beringin yang menjadi salah satu pusat kegiatan warga desa, Henry juga merekam kehidupan masyarakat Bali di jaman itu.

"Di luar rumah ada keranjang tenunan kasar yang berisi harta paling berharga dan dicintai laki-laki Bali yakni ayam petarung. Si pemilik ayam biasanya duduk sambi memijat dan menimang-nimang ayamnya agar kuat dalam pertarungan berikutnya. Dimana-mana di jalan, di luar rumah dan di bawah pohon beringin suci, terdapat sesajen yang ditaruh di dalam keranjang anyaman,"tulisnya.

Perempuan dalam pakaian tradisional berdoa dan mencipratkan air yang sudah disucikan dengan gerakan tangan yang anggun. Patung penjaga pura dipahat dengan artistik dipajang di depan gapura. Pohon beringin diberi kain kotak-kotak warna hitam putih.

Penulis : A.A Gede Agung

Editor : SejarahBali


Halaman :


Sejarah Bali Bali Sejarah Beringin Horst Henry Geerken A Magic Gecko


Tonton Juga :











Sejarah Terpopuler





TRENDING TERHANGAT